Seperti luka,ia menganga Seperti Cinta,ia menyapa
Ada hujan yang menetes ke bola matamu .. Ada kenangan di basah rambutku .. Ada rindu di balik ragu.
Siapakah kau,berani mengirim isyarat luka,lancang pada setia menyimpan dendam pada cinta,hingga aku pun durhaka,pada kasih yang melahirkan jiwa.
Kita diam.Takut pada hujan.Pada senja-senja yang menatap garang.Pada setiap lirik yang jalang.Pada kehormatan diri yang terbuang.
Di bibirmu,mataku menapak batu .. Di Dadaku,gairahmu memuncak nafsu .. Di hatimu,pedihku menafsir rindu .. Di Jantungku,desahmu memanjang ngilu.
Kau menguntai janji,selingkar ikrar pada jari .. Aku menyulam doa,pada lengang yang kecewa.
Mencatat yang jadi harap.Berharap,menjelma sayap,di kiri-kanan senyap.Hingga dari buku mimpiku,tumbuh kata,tumbuh haru.Namum mataharimu,bercahaya pilu.Daun-daunku pun layu.Di kemarau matamu,meregang gamang.Parau suara sayang.Dihimpit erang siang,getir suara hujan yang datang,yang terus membayang,hingga jauh malam.
Aku bukan perindu.Bukan pula pujangga,yang memuja masa lalu.Aku ragu pada kitab-kitab,membangun iman di dadaku.Pada debu dosa,merenungi perjalanan sebagai pengembara.Sebagai sunyi yang berjalan sendiri.
(Kaukah itu ,, yang mengukir harap di batu waktu?)
Lelaki yang melukai sepi.Memberi khotbah dalam hening meditasi.Dalam gelap yang melenggang ke sana kemari.Namum,ada resah yang gundah.Ada kesah tertunduk malu.juga kasih,menunggu dalam ragu.
Sandiwara yang sempurna.Di pentas hidup ini,kita saling menelanjangi diri; memperlihatkan kecacatan dan luka dari kesetian yang muram.Kita tetap menghentakkan kepedihan itu di atas dada kita yang rapuh,di jantung yang detaknya luluh.Dalam nafas,yang menghembuskan seribu keluh.
Kita takut pada hujan.Karena pada baris-baris bahagia,terungkap sebuah rahasia; sepasang anak manusia yang belajar menulis impian,namun tertipu harap di setiap ucap.Tertikam kata di setiap catat.terbunuh makna di setiap tafsir.
Kita takut pada hujan .. Kita takut tertikam harapan.
Ada hujan yang menetes ke bola matamu .. Ada kenangan di basah rambutku .. Ada rindu di balik ragu.
Siapakah kau,berani mengirim isyarat luka,lancang pada setia menyimpan dendam pada cinta,hingga aku pun durhaka,pada kasih yang melahirkan jiwa.
Kita diam.Takut pada hujan.Pada senja-senja yang menatap garang.Pada setiap lirik yang jalang.Pada kehormatan diri yang terbuang.
Di bibirmu,mataku menapak batu .. Di Dadaku,gairahmu memuncak nafsu .. Di hatimu,pedihku menafsir rindu .. Di Jantungku,desahmu memanjang ngilu.
Kau menguntai janji,selingkar ikrar pada jari .. Aku menyulam doa,pada lengang yang kecewa.
Mencatat yang jadi harap.Berharap,menjelma sayap,di kiri-kanan senyap.Hingga dari buku mimpiku,tumbuh kata,tumbuh haru.Namum mataharimu,bercahaya pilu.Daun-daunku pun layu.Di kemarau matamu,meregang gamang.Parau suara sayang.Dihimpit erang siang,getir suara hujan yang datang,yang terus membayang,hingga jauh malam.
Aku bukan perindu.Bukan pula pujangga,yang memuja masa lalu.Aku ragu pada kitab-kitab,membangun iman di dadaku.Pada debu dosa,merenungi perjalanan sebagai pengembara.Sebagai sunyi yang berjalan sendiri.
(Kaukah itu ,, yang mengukir harap di batu waktu?)
Lelaki yang melukai sepi.Memberi khotbah dalam hening meditasi.Dalam gelap yang melenggang ke sana kemari.Namum,ada resah yang gundah.Ada kesah tertunduk malu.juga kasih,menunggu dalam ragu.
Sandiwara yang sempurna.Di pentas hidup ini,kita saling menelanjangi diri; memperlihatkan kecacatan dan luka dari kesetian yang muram.Kita tetap menghentakkan kepedihan itu di atas dada kita yang rapuh,di jantung yang detaknya luluh.Dalam nafas,yang menghembuskan seribu keluh.
Kita takut pada hujan.Karena pada baris-baris bahagia,terungkap sebuah rahasia; sepasang anak manusia yang belajar menulis impian,namun tertipu harap di setiap ucap.Tertikam kata di setiap catat.terbunuh makna di setiap tafsir.
Kita takut pada hujan .. Kita takut tertikam harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar